LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP BERUBAH
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP BERUBAH
Disusun Oleh :
Deni Herdyana, S.Kep
4012180003
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP BERUBAH
A. Sifat Proses Berubah.
Perubahan
adalah proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi
seseorang, keluarga, kelompok atau komunitas (Potter dan Perry, 2005).
Proses
berubah juga dapat diartikan sebagai proses beranjaknya seseorang dari
keadaan status quo menjadi keadaan keseimbangan semu. Status quo “Is a situation or state of affairs as it is now, or as it was before a recent change” atau keadaan dimana seseorang belum bergerak dari keadaan semula.
Keseimbangan semu adalah keadaan yang dirasakan belum memadai dalam waktu tertentu.
Perubahan
yang baik dapat dijalani manusia bertahap dan memerlukan waktu sesuai
dengan kemampuan manusia itu sendiri. Sehingga perubahan yang terjadi
secara radikal biasanya akan menemui banyak hambatan.
Macam-macam Proses Berubah
1. Perubahan ditinjau dari sifatnya, yaitu:
a. Perubahan spontan (Samson, 1971)
1) Perubahan sebagai respon terhadap kejadian alamiah dan terkontrol/alamiah.
2) Perubahan yang terjadi tidak diramalkan atau diprediksi sebelumnya.
3) Perkembangan,yaitu
perubahan yang berbentuk kemajuan / peningkatan / penambahan yang
terjadi pada individu, kelompok dan organisasi.
4) Perubahan yang direncakan yaitu sebagai upaya yang bertujuan untuk mencapai tingkat yang lebih baik.
b. Perubahan ditinjau dari keterlibatan:
5) Melalui penyedian informasi yang cukup.
6) Adanya sikap positif terhadap perubahn sesuatu atau inovasi.
7) Timbulnya komitmen diri untuk berubah.
c. Perubahan ditinjau dari sifat pengelolaan:
1) Menurut Duncan (1978)
a) Perubahan berencana.
§ Menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
§ Adanya titik mula yang jelas dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
§ Adanya persiapan yang matang.
b) Perubahan acak/kacau.
§ Tidak ada titik awal perubahan.
§ Tidak ada upaya mempersiapkan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan
2) HORSEY dan BLANCARD (1977)
a) Partisipatif
Yaitu individu/klien diikutkan dalam proses perubahan tersebut. Misalnya ketika bidan membangkitkan motivasi klien.
b) Paksaan
Yaitu perubahan yang total menggunakan kekuatan misalnya instruksi dari atasan.
B. Teori-teori Perubahan.
1. Teori Perubahan Lippit
Lippit ingin menunjukkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan pembaharuan.
Langkah-langkahnya meliputi:
a. Menentukan diagnosa terlebih dahulu pada masalah yang ada
b. Mengadakan penilaian terhadap motivasi dan kemampuan dalam perubahan
c. Melakukan penilaian terhadap motivasi pasien/agen dan sumber daya.
d. Memilih tujuan perubahan yang progresif
e. Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai agen perubahan (pendidik, peneliti, pemimpin)
f. Mempertahankan hasil dari perubahan yang telah dicapainya
g. Melakukan penghentian bantuan supaya harapan peran dan tanggungjawab dapat tercapai secara bertahap
2. Teori Perubahan Kurt Lewin
Teori
perubahan Lewin menjelaskan bahwa seseorang yang akan mengadakan suatu
perubahan harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum agar
proses perubahan tersebut terarah dan mencapai tujuan yang ada. Ia
berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan
dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi
dengan memperkuat driving forcesdan melemahkan resistences to change.
Tahapan perubahan menurut Lewin antara lain :
a. Unfreezing ( Tahap Pencairan )
Pada
tahap awal ini, seseorang mencari sesuatu yang baru baik dari sisi
nilai, sikap maupun kepercayaan. Seseorang dapat mengadakan proses
perubahan jika memiliki motivasi yang kuat untuk berubah dari keadaan
semula.
b. Changing ( Tahap Mengubah )
Pada
tahap ini , Changing merupakan langkah tindakan, baik
memperkuat driving forces maupun memperlemahresistances. Bisa dikatakan
juga tahap menstabilkan norma-norma yang sudah ada.
c. Refreezing ( Tahap Pembekuan )
Pada
tahap ini merupakan tahap pembekuan di mana seseorang yang mengadakan
perubahan telah mencapai tahapan yang baru dengan keseimbangan yang
baru.
d. Action Research ( Tahap Penelitian Tindakan )
Tahap
penelitian tindakan menjelaskan bahwa hasil penelitian yang ada
langsung diaplikasikan ke kegiatan-kegiatan yang ada. Kemudian, lebih
fokus menaruh penelitian terhadap suatu tindakan yang berfokus pada
masalah yang nyata. Penelitian itu dikembangakan dari pengetahun atau
teori dan logat yang dapat di ambil.
3. Teori Perubahan Rogers E
Menurut
Rogers E, perubahan sosial adalah proses di mana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu antara
anggota suatu sistem sosial.
Langkah-langkah untuk mengadakan perubahan menurut Rogers antara lain:
a. Tahap Awareness
Tahap awal yang menyatakan bahwa untuk mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah.
b. Tahap Interest
Tahap
ini menyatakan untuk mengadakan perubahan harus timbul perasaan suka /
minat terhadap perubahan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan
kesadaran untuk berubah.
c. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak ditemukan hambatan selama mengadakan perubahan.
d. Tahap Trial
Tahap
ini merupakan tahap uji coba terhadap hasil perubahan dengan harapan
sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan situasi yang
ada.
e. Tahap adoption
Tahapan
terakhir yaitu proses perubahan terhadap sesuatu yang baru setelah ada
uji coba dan merasakan ada manfaatnya sehingga mampu mempertahankan
hasil perubahan.
Rogers juga membagi karakter dari adopsi yaitu:
a. Relative advantage
b. Compatibility
c. Complexity
d. Trialability
e. Observability
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :
1. Innovators
Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya.
2. Early Adopters
Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opinidibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.
3. Early Majority
Kategori pengadopsi seperti
ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang
mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi
secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi,
bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama.
4. Late Majority
Kelompok
yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka
menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi
sebelum mereka mengambilkeputusan.
5. Laggards
Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka.
Tabel 1.1. Perbangingan Perubahan Berdasarkan Tiga Teori Perubahan
Lewin
|
Roger
|
Lipitts
|
Pencairan
|
Kesdaran,
Tertarik,
Evaluasi
|
- Mendiaknosa masalah
- Mengkaji motivasi, kemampuan untuk berubah
- Megkaji motivasi agen pembaru dan berbagai sumber saran
|
Bergerak
|
Mencoba
|
- Menetapkan tujuan pembaharuan
- Menetapkan peran agen pembaharu
|
Pembekuan
|
Penerimaan
|
- Mempertahankan perubahan
- Mengakhiri bantuan.
|
C. Tipe Perubahan.
Apabila dipandang dari tipe perubahan, menurut bennis tahun 1995, perubahan itu sendiri memilki tujuh tipe diantaranya :
1. Tipe
indoktrinasi, suatu peubahan yang dilakukan oleh sekelompok atau
masyarakat yang menginginkan pencapaiaan tujuan yang diharapkan dengan
cara memberi doktrim atau menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat
berubah.
2. Tipe
paksaan atau kekerasan, merupakan tipe perubahan dengan melakukan
pemaksaan atau kekerasan pada anggota atau seseorang dengan harapan
tujuan yang dicapai dapat terlaksana.
3. Tipe
teknokratik, merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatan lain
dalam mencapai tujuan yang diharapkan terdapat satu pihak merumuskan
tujuan dan pihak lain untuk membantu mencapai tujuannya.
4. Tipe
interaksional, merupakan perubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok
yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dalm mencapai tujuan
yang diharapkan dari perubahan.
5. Tipe
sosialisasi, merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan
menggunakan kerja sama dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan
kekuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
6. Tipe
emultif, merupakan suatu perubahan dengan menggunakan kekuataan
unilateral dengan tidak merrumuskan tujuan terlebih dahulu secara
sungguh sungguh, perubahan ini dapat dilakukan pada sistem diorganisasi
yang bawahannya berusaha menyamai pimpinan atau atasannya.
7. Tipe
alamiah, merupakan perubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak
disengaja tetapi dalam merumuskan dilakukan secara tidak sungguh,
seperti kecelakaan, maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk
lebih berhati-hati dalam berkendaraan dan lain sebagainya.
D. Proses Terjadinya Perubahan.
Suasana
pelayanan kesehatan pada tahun 1990an adalah suatu tantangan. Tekanan
dari pemerintah, perusahaan asuransi, serikat kerja, para pegawai, dan
konsumen mengenai pelayanan kesehatan, diarahkan kembali pada perawatan
diri dan pencegahan. Teknologi mengalami perubahan dan focus biaya
perawatan perioperatif bergeser kea rah yang lebih efektif pada situasi
yang sama.
Keperawatan
mempunyai kesempatan baru untuk menjadi bagian dari perubahan, selama
seluruh system mengalami pergeseran biaya saat kualitas perawatan klien
meningkat. Kreatifitas dan tinjauan tekanan kekuatan eksternal yang luas
akan memungkinkan perawat melakukan perubahan.
Perubahan
dapat dijabarkan dengan beberapa cara, termasuk perubahan yang
direncanakan atau yang tidak direncanakan. Perubahan yang tidak
direcanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa suatu persiapan,
sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah peribahan yang
direncanakan dan dipiikirkan sebelumnya, terjadinya dalam waktu yang
lama, dan termasuk adanya suatu tujuan yang jelas. Perubahan terencana
lebih mudah dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan
manusia atau tanpa persiapan anat karena suatu ancaman. Untuk alasan
tersebut, perawat harus dapat mengelola perubahan.
Proses
perencanaan terjadi karena adanya perubahan yang sangat kompleks dan
melibatkan interaksi banyak orang, faktor, dan tekanan. Secara umum,
perubahan terencana adalah suatu proses di mana ada pendapat baru yang
dikembangkan dan dikomunikasikan kepada semua orang, walaupun akhirnya
akan diterima atau ditolak. Perubahan perencanaan, sebagaimana proses
keperawatan, memerlukan suatu pemikiran yang matang tentang keterlibatan
individu atau kelompok. Penyelesaian masalah, pengambilan keputusan,
pemikiran kritis, pengkajian, dan efektivitas penggunaan keterampilan
interpersonal, termasuk kemampuan komunikasi, kolaborasi, negosiasi, dan
persuasi, adalah kunci dalam perencanaan perubahan.
Orang
yang mengelola perubahan harus mempunyai visi yang jelas di mana proses
akan dilaksanakan dengan arah yang terbaik untuk mencapai tujuan
tersebut. Proses perubahan memerlukan tahapan yang berurutan di mana
orang akan terlibat dalam sebuah proses perubahan dan arah perubahan
yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, koalisi perlu dan harus
dibentuk untuk mendukung perubahan.
Dalam literature yang lain disebutkan bahwa proses terjadinya perubahan terdiri dari beberapa tahap diantaranya :
1. Mencairkan: melibatkan
penghancuran cara normal orang yang melakukan sesuatu-mmemutuskan
pola,kebiasaan,dan rutinitas sehingga orang siap untuk menerima
alternatifbaru(hersey, Blanchard) atau mengurangi kekuatan untuk
mengurangi status quo, menciptakan kebutuhan akan perubahan,
meminimalisasi tantangan terhadap perubahan seperti memberikan masalah
proaktif.
Contoh :Refresing,kegiatan_kegiatan baru.
2. Memindahkan: mengembangkan perilaku, nilai dan sikap yang baru.
3. Membekukan
kembali:akan terjadi jika prilaku baru sudah menjadi bagian dari
kepribadian seseorang.dengan cara memperkuat, mengevaluasi, dan membuat
modifikasi konstruktif.
E. Motivasi Dalam Perubahan.
Motivasi itu timbul karena tuntutan kebutuhan dasar manusia,sedangkan kebutuhan dasar manusia yang dimaksud antara lain:
1. Kebutuhan
fisiologis (makan, minum, tidur, oksigen dll) berdasarkan kebutuhan
tersebut maka manusia akan selalu ingin mempertahankan hidupnya dengan
jalan memenuhinya atau mengadakan perubahan.
2. Kebutuhan
keamanan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapatkan
jaminan keamanan atau perlindungan dari berbagai ancaman bahaya yang
ada.
3. Kebutuhan social. Kebutuhan ini mutlak diperlukan karena manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
4. Kebutuhan
penghargaan dan dihargai. Setiap manusia selalu ingin mendapatkan
penghargaan dimata masyarakat akan prestasi, status, dan lain-lain.
Untuk itu manusia akan termotivasi untuk mengadakan perubahan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan perwujudan diri agar di akui masyarakat akan kemampuannya dan potensi yang dimiliki.
6. Kebutuhan
interpersonal yang meliputi kebutuhan untuk berkumpul bersama untuk
melakukan control dalam mendapatkan pengaruh dari lingkungan.
F. Strategi Dalam Perubahan.
Dalam
perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam perubahan dan
tercapai secara tepat, efektif dan efisien, untuk itu dibutuhkan
strategi khusus dalamperubahan diantaranya:
1. Strategi Rasional Empirik
Strategi
ini didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan memiliki
sifat rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku. Untuk
mengadakan suatu perubahan strategi rasional dan empirik yang didasarkan
dari hasil penemuan atau riset untuk diaplikasikan dalam perubahan
manusia yang memiliki sifat rasional akan menggunakan rasionalnya dalam
menerima sebuah perubahan. Langkah dalam perubahan atau kegiatan yang
diinginkan dalam strategi rasional empirik ini dapat melalui penelitian
atau adanyadesiminasi melalui pendidikan secara umum sehingga melalui
desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang akan
dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional. Strategi ini juga
dilakukan pada penempatan sasaran yang sesuai dengan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dan
efisien, selain itu juga menggunakan sistem analisis dalam pemecahan
masalah yang ada.
2. Strategi Redukatif normative
Strategi
ini dilaksanakan berdasarkan standar norma yang ada di masyarakat.
Perubahan yang akan dilaksanakan melihat nilai-nilai normatif yang ada
di masyarakat sehingga tidak akan menimbulkan permasalahan baru di
masyarakat. Standar norma yang ada di masyarakat ini di dukung dengan
sikap dan sistem nilai individu yang ada di masyarakat. Pendekatan ini
dilaksanakan dengan mengadakan intervensi secara langsung dalam
penerapan teori-teori yang ada.Strategi ini dilaksanakan dengan cara
melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan proses penyusunan
rancangan untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memiliki
kemampuan dalam berkolaborasi dengan masyarakat. Kemampuan ilmu perilaku
harus dimiliki dalam pembaharu.
3. Strategi Paksaan- Kekuatan
Dikatakan
strategi paksaan-kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau
kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan
moral dan kekuatan politik.Strategi ini dapat dilaksanakan dalam
perubahan sistem kenegaraan, penerapan sistem pendidikan dan lain-lain.
Perubahan
dalam organisasi terdapat 3 tingkatan yang berbeda, yaitu: individu
yang bekerja di organisasi tersebut, perubahan struktur dan system
hubungan interpersonal. Strategi membuat perubahan dapat dikelompokan
menjadi 4 hal, yakni:
1. Memiliki visi yang jelas
Visi
ini merupakan hal yang sederhana dan utama, karena visi dapat
mempengaruhi pandangan orang lain. Misalnya visi J.F kennedy,
“menempatkan seseorang dibulan sebelum akhir abad ini.” Visi harus
disusun secara jelas, ringkas, mudah, dipahami dan dapat dilaksanakan
oleh setiap orang.
2. Menciptakan budaya organisasi tentang nilai-nilai moral dan percaya kepada orang lain
Menciptakan
iklim yang kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang penting.
Perubahan akan lebih baik jika mereka percaya seseorang dengan kejujuran
dan nilai-nilai yang diyakininya. Orang akan berani mengambil suatu
resiko terhadap perubahan, apabila mereka dapat berpikir jernih dan
tidak emosional dalam menghadapi perubahan. Setiap perubahan harus
diciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara langsung.
Menurut porter dan O’Grady (1986) upaya yang harus ditanamkan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah:
a. Kebebasan untuk berfungsi secara efektif
b. Dukungan dari sejawat dan pimpinan
c. Kejelasan harapan tentang lingkungan kerja
d. Sumber yang tepat untuk praktik secara efektif
e. Iklim organisasi yang terbuka
3. System komunikasi yang jelas, singkat dan sesering mungkin
Komunikasi
merupakan unsur yang penting dalam perubahan. Setiap orang perlu
dijelaskan tentang perubahan untuk menghindari rumor atau informasi yang
salah. Semakin banyak orang yang mengetahui tentang keadaan, maka
mereka akan semakin baik dan mampu dalam memberikan pandangan ke depan
dan mengurangi kecemasan serta ketakutan terhadap perubahan. Menurut
silber (1993), komunikasi satu arah tidak cukup dan sering menimbulkan
kebingungan karena orang tidak mengetahui apa yang akan terjadi.
4. Keterlibatan orang yang tepat
Perubahan
perlu disusun oleh orang-orang yang berkompeten. Begitu rencana sudah
tersusun, maka segeralah melibatkan orang lain pada setiap jabatan di
organisasi, karena keterlibatan akan berdampak terhadap dukungan dan
advokasi (Endah, Rika. 2003).
G. Model Dalam Perubahan.
Model dalam perubahan terbagi menjadi 3 tahap :
1. Research And Development Model (Model Penelitian dan Pengembangan).
Model
perubahan perubahan ini didasarkan atas penelitian dan perencanaan
dalam pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam
menggunakan model ini dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi
atas perubahan yang akan dilakukan dalam perubahan.
2. Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial).
Model
perubahan dengan interaksi sosial ini dilakukan berdasarkan atas saling
kerjasama dalam sistem dengan memfokuskan pada persepsi dan respons dar
perubahan Roger diantaranya, menyadari akan perubahan, adanya minat
dalam perubahan, melakukan evaluasi tentang hal-hal yang akan dilakukan
perubahan, melalui uji coba sesuatu hal yang akan dilakukan perubahan
serta menerima perubahan.
3. Problem Solving Model (Model Penyelesaian Masalah).
Model
ini menekankan pada penyelesaian masalah dengan menggunakan langkah
mengidentifikasi kebutuhan yang menjadi masalah, mendiagnosis masalah,
menemukan cara penyelesaian masalah yag akan digunakan, melakukan uji
coba dan melakukan evaluasi dari hasil uji coba untuk digunkan dalam
perubahan.
H. Hambatan Dalam Perubahan.
Perubahan
tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan yang
akan diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam diantaranya
hal yang menjadi hambatan dalam perubahan adalah sebagai berikut :
1. Ancaman Kepentingan Pribadi.
Ancaman
kepentingan pribadi ini merupakan hambatan dalam perubahan karena
adanya kekhawatiran adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri
contohnya dalam melaksanakan standarisasi perawat profesional dimana
yang diakui sebagai profesi perawat minimal D III Keperawatan, sehingga
bagi lulusan SPK yang dahulu dan tidak ingin melanjutkan pendidikan akan
terancam bagi kepentingan dirinya sehingga hal tersebut dapat
menjadikan hambatan dalam perubahan.
2. Persepsi yang Kurang Tepat.
Persepi
yang kurang tepat atau informasi yang belum jelas ini dapat menjadi
kendala proses perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan dalam
sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan dengan jelas atau
informasinya kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan perubahan
akan sulit menerimanya sehingga timbul kekhawatiran dari perubahan
tersebut.
3. Reaksi Psikologis.
Reaksi
psikologis ini merupakan faktor yang menjadi hambatan dalam perubahan
karena setiap orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam
merespons perbedaan sistem adaptasi pada setiap orang juga dapat
menimbulkan reaksi psikologos yang berbeda sehingga bisa menjadi
hambatan dalam perubahan, contohnya bila akan dilakukan perubahan dalam
sistem praktek keperawatan mandiri bagi perawat. Jika perawat belum bisa
menerima secara psikologis, akan timbul kesulitan karena ada perasaan
takut sebagai dampak dari perubahan.
4. Toleransi terhadap Perubahan.
Toleransi
terhadap ini tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat.
Apabila individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki toleransi
yang tinggi terhadap perubahan, maka akan memudahkan proses perubahan
tetapi apabila toleransi seseorang terhadap perubahan sangat rendah,
maka perubahan tersebut akan sulit diaksanakan.
5. Kebiasaan.
Pada
dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui
sebelumnya atau bahkan dilaksanakan sebelumnya dibandingkan sesuatu yang
baru dikenalnya, karena keyakinan yang dilmiliki sangat kuat. Faktor
kebiasaan ini yang menjadikan hambatab dalam perubahan.
6. Ketergantungan.
Ketergantungan
merupakan hambatan dalam proses perubahan karena ketergantungan
menyebabkan seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai
tujuan tertentu. Suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang
yang selalu menggantungkan diri sehingga perubahan sulit dilakukan.
7. Perasaan tidak Aman.
Perasaan
tidak aman juga merupakan faktor penghambat dalam perubahan karena
adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah
ketidakamanan pada diri, kelompok atau masyarakat.
8. Norma.
Norma
merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat dan tidak
mudah dirubah. Apabila akan mmengadakan proses perubahan namun
perubahan perubahan tersebut akan menghadapi hambatan. Sebaliknya jika
norma tersebut sesuai dengan prinsip perubahan, maka akan sangat mudah
dalam perubahan.
I. Perubahan Dalam Keperawatan.
Sebagai
manusia kita hidup dalam dunia perubahan. Perubahan merupakan suatu hal
yang pasti (terjadi, dan akan terjadi), hal mana sudah diketahui oleh
manusia sejak zaman dahulu, yang diungkapkan mereka melalui kata-kata
“Pantai Rei” (bahasa Belanda: alles verandert – bahasa Inggris:
everything changes).Perubahan merupakan satu kata yang memberikan makna
bagi dinamika kehidupan manusia. Adakalanya perubahan berdampak positif
sesuai yang diharapkan. Akan tetapi biasa berdampak negative atau tidak
sesuai dengan yang diharapkan, bahkan tidak jarang bertentangan dengan
keinginan yang direncanakan dan merugikan (Nursalam. M. 2008).
Perubahan
adalah respon terencana atau tak terencana terhadap tekanan-tekanan dan
desakan-desakan yang ada. Manajemen Perubahan adalah upaya yang
dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena
terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan mempunyai manfaat bagi
kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat
dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan
dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari
luar organisasi tersebut.Manajemen perubahan adalah aplikasi
pengetahuan, kemampuan, alat dan teknik untuk menggabungkan perubahan
menjadi sebuah proyek dan atau menjadi sebuah strategi.
Perubahan
dapat dijabarkan dengan beberapa cara, termasuk perubahan yang
direncanakan atau yang tidak direncanakan. sebaliknya perubahan yang
direncanakan adalah perubahan yang direncanakan dan dipikirkan
sebelumnya, terjadinya dalam waktu yang lama, dan termasuk adanya suatu
tujuan yang jelas. Perubahan terencana lebih mudah dikelola daripada
perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia atau tanpa persiapan
anat karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, perawat harus dapat
mengelola perubahan.
1. Perubahan terencana.
Perubahan
yang direncanakan (planed change) adalah perubahan yang lebih mudah
dikelola dari pada perubahan yang tidak direncanakan, secara umum
perubahan terencana adalah suatu proses dimana adanya pendapat baru yang
dikembangkan, dikomunikasikan, kepada semua orang walaupun akhirnya
akan diterima atau ditolak. Orang yang mengelola perubahan harus
mempunyai suatu visi yang jelas dimana proses akan dilaksanakan dengan
arah yang terbaik untuk mencapai tujuan (Nursalam. M. 2008).
Menurut
Suyanto (2009), perubahan terencana adalah perubahan yang dirancang dan
diimplementasikan secara berurutan dan tepat waktu sebagai antisipasi
dari peristiwa di masa mendatang. Sedangkan perubahan reaktif adalah
respons bertahap terhadap peristiwa ketika muncul. Karena perubahan
reaktif dilakukan dengan cepat, maka potensi terjadinya perubahan
cenderung menghasilkan akibat yang tidak diinginkan. Oleh karena itu,
perubahan terencana lebih disukai dibandingkan dengan perubahan
reaktif(Suyanto. 2009).
2. Perubahan tidak terencana.
Perubahan
yang tidak direncanakan (unplanned change) adalah perubahan yang
terjadi tanpa suatu persiapan. Determinan dari suatu perubahan tidak
terencana dari suatu organisasi antara lain karena adanya pergeseran
dalam tampilan demografis angkatan kerja, respons terhadap kecenderungan
globalisasi, adanya peraturan pemerintah, persaingan ekonomi, dan
perbedaan kinerja (Suyanto. 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Swanburg.
C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin. (2009).
Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM. EGC.
Jakarta
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2011). Pengantar kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
…………..Manajemen Bidang Keperawatan. (2010) Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus. Jakarta
Kozier, Fundamental of Nursing. (2011) Concept, Process, and Practice,Addison Wesley,Publishing company,Inc
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2011). Pengantar kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
…………..Manajemen Bidang Keperawatan. (2010) Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus. Jakarta
Kozier, Fundamental of Nursing. (2011) Concept, Process, and Practice,Addison Wesley,Publishing company,Inc
Komentar
Posting Komentar