LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
LAPORAN PENDAHULUAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Disusun Oleh:
Deni Herdyana, S.Kep
4012180003
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A. Pengertian Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi
makaseseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar
pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar
pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi
secara lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim
berita (sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang
diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan
seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi,
misi suatu organisasi.
Berikut ini adalah beberapa definisi serta penjelasan mengenai komunikasi menurut beberapa ahli:
1. HIMSTREET & BATY
Komunikasi
adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu
sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyak-sinyal,
maupun perilaku atau tindakan.
2. THEODORSON & THEDORSON
Komunikasi
adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari
seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
3. CHARLES H. COOLEY
Komunikasi
berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan dengan
mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan
menyimpan dalam waktu.
Jadi,
Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari
suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau
pengertian yang sama. Berarti dalam hal ini komunikasi dalam organisasi
merupakan hal yang paling penting karena komunikasi bagian penting dari
organisasi, sebab organisasi tidak akan berlangsung apabila tidak ada
komunikasi antara pihak satu dengan pihak yang lain.
B. Unsur-unsur Komunikasi dalam Organisasi
Unsur-unsur komunikasi dalam organisasi adalah
1. Komunikator
(communicator), yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang
yang berbicara, pengirim berita atau orang yang memberitakan.
2. Menyampaikan berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau menyiarkan.
3. Berita-berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau saran.
4. Komunikan
(communicate), yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para
pengunjung. Dengan kata lain orang yang menerima berita. Tanggapan atau
reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi.
5. Kelima
unsur komunikasi tersebut (Komuniakator), Menyampaikan berita,
Berita-berita yang disampaikan, Komunikan dan Tanggapan atau reaksi)
merupakan kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsur
tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian
masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan.
Jadi dengan demikian keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh semua
unsur tersebut.
C. Penyaluran Komunikasi dalam Organisasi
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi
vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai
perintah. Komunikasi ke bawah (downward comunication) dimulai dari
manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan
manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud
utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi,
instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan sera memberikan
informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan
kebijaksanaan organisasi.
Berita
– berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan dan biasanya
disampaikan melalui memo, laporan, atau dokumen lainnya, bulletin
pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang
perorang atau kelompok-kelompok kecil. Manajemen seharusnya tidak hanya
memusatkan perhatiannya pasa usaha komunikasi ke bawah, tetapi juga
komunikasi ke atas.
Fungsi
utama komunikasi ke atas (upward communication)adalah untuk mensuplai
informasi kepada tingkatan manajemen atas tetang apa yang terjadi pada
tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodik,
penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini
dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen
atas.
Bentuk-bentuk
komunikasi seperti kebijaksanaan, sistem komunikasi informal, survey
sikap, dewan manajemen karyawan, atau sistem inspektur jendral dirancang
untuk memudahkan komunikasi ke atas ke manajemen puncak.
2. Komunikasi Horizontal
Yaitu
komunikasi yang berlangsung di antara para anggota dalam kelompok kerja
yang sama. Dan antara departemen-departemen pada tingkatan yang sama.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi
tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya
pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi
diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal
rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil
hubungan-hubungan departemen lini dan staf. Bahwa hubungan-hubungan yang
ada antara personalia lini dan staf dapat berbeda-beda, yang akan
membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.
D. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Organisasi
Komunikasi
adalah bagian dari informasi dalam membangun organisasi, tetapi
komunikasi tidak efektif dengan adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang
menghambatnya. Berikut ini akan dibahas hambatan-hambatan terhadap
komunikasi efektif tersebut, dengan dikelompokkan sebagai berikut:
1. Hambatan – hambatan Organisasional
Ada tiga hambatan organisasional, yaitu tingkat hirarki
bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang, akan menimbulkan
berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui tingkatan
tambahan, yang memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai tempat tujuan
dan kecendrungan menjadinberkurang ketepatannya . berita yang mengalir
keatas atau kebawah tingkatan – tingkatan organisasi akan melalui
beberapa “Filter”, dengan persepsi, motif, kebutuhan dan hubungannya
sendiri.
Wewenang manajerial tanpa
wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat mencapai
tujuan dengan efektif. Tetapi dilain pihak, pada kenyataannya bahwa
seseorangyang mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan –
hambatan terhadapa komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak
dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah, kondisi atau hasil yang
dapat membuat mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan
menghindari situasi dimana mereka harus mengungkapkan informasi yang
dapat membuat mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan. Sebagai
hasilnya ada kesenjangan “leveling” antara atasan dan bawahan.
Spesialisasi . meskipun
spesialisasi adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga menciptakan
masalah-masalah komunikasi, dimana hal ini cenderung memisahkan
orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan. Perbedaan
fungsi, kepentingan dan istilah-istilah pekerjaan dapat membuat
orang-orang merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbeda.
Akibatnya, dapat menghalangi perasaan memasyarakat, membuat sulit
memahami, dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan.
2. Hambatan – hambatan antar pribadi
Manajer
masih akan menghadapi kemungkinan bahwa berita – berita yang mereka
kirim akan berubah akan menyimpang, bahkan bila hambatan-hambatan
komunikasi organisasional tidak ada. Banyak kesalahan komunikasi
disebabkan bukan oleh faktor-faktor organisasi, tetapi oleh
masalah-masalah ketidak sempurnaan manusia dan bahasa. Manajer perlu
memperhatikan hambatan-hambatan anatr pribadi seperti , a) persepsi
selektif , b) status atau kedudukan komunikator, c) keadaan membela diri
, d) pendengaran lemah, e) ketidak tepatan penggunaan bahasa. Berikut
adalah hambatan – hambatan dalam proses komunikasi :
Persepsi selektif persepsi
adalah proses yang menyeluruh dengan mana seseorang menseleksi,
mengorganisasikam, dan mengartikan segala sesuatu lingkungannya, segera
setelah seseorang menerima sesuatu, akan mengorganisasikan menjadi
berbagai tipe informasi yang berarti. Dalam hal ini pengalaman
mengajarkan seseorang dengan reaksi tertentu, bila seseorang mendengar
suara kereta api, maka dia mengharapkan akan melihat kreta api. Seorang
karyawan menjadi “definisi”secara otomatis bila dipanggil atasannya
dengan kata lain, pengharapan yang mengharapkan seseorang untuk melihat
atau mendengar kejadian, orang , objek atau situasi adalah sesuatu yang
dia ingin lihat atau dengar . hal ini disebut persepsi selektif.
Manajer perlu memperhatikan 3 aspek berikut sehubungan dengan persepsi selektif :
a. Penerimaan
akan menginterpretasikan berita berdasarkan pengalaman dana bagaimana
mereka telah “belajar’ untuk menghadapi sesuatu .
b. Penerima
akan menginterpretasikan berita dengan cara menolak setiap perubahan
dalam struktur kepribadian yang kuat . berita yang bertentangan dengan
kenyakinan seseorang cenderung untuk ditolak.
c. Penerima
akan cenderung mengelompokkan dan menyiampan
karakteristik-karakteristik pengalaman mereka sehingga mereka dapat
membuat pola-pola menyeluruh.
Pelajaran
bagi manajer untuk memahami sebanyak mungkin tentang kerangka kesukaan,
kebutuhan, motif, tujuan, tingkat bahasa, dan stereotip (prosen
penyusunan berita menjadi seperti sesuatu yang diharapkan) dari
penerima, agar dapat mengkomunikasikan pengertian secara efektif.
Status komunikator.
Hambatan utama komunikasi lainnya adalah kecenderungan untuk menilai.
Mepertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar
kerakteristik-karakteristik pengirim (sumber), terutama kredibilitanya.
Kredibilitas didasarkan “keahlian” seseorang dalam bidang yang sedang
dikomunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang bahwa orang tersebut
akan mengkomunikasikan kebenaran.
Manajer
harus dipandang bawahan mereka sebagai orang yang terpercaya dan dapat
dipercaya. Kalau tidak, usaha untuk memotivasi, mempengaruhi dan
mengarahkan kegiatan-kegiatan bawahan akan sangat terhambat dari
pemulaan.
Keadaan membela diri,
perasaan pembelaan diri pada pengirim, penerima berita atau keduanya
juga menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi. Keadaan membela diri
seseorang mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan
tertentu, dan sebaliknya meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain.
Jadi, akan timbul reaksi rantai deensif. Keadaan ini membuat pendengar
lebih berkonsentrasi pada apa uang akan dikatakan dan bukan pada apa
yang sedang didengar. Sebagai contoh, bila seseorang karyawan terancam
akan kehilangan kedudukannya, maka dapat kehilangan kemampuan untuk
mengartikan berita secara tepat dengan memberi reaksi defersif atau
agresif.
Pendengaran lemah.
Manajer perlu belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu
mengatasi hambatan ini. Berbagai kebiasaan sehubungan dengan pendengaran
lemah meliputi : 1) mendengar hanya permukaannya saja, dengan sedikit
perhatian pada apa yang sedang dikatakan; 2) memberikan pengaruh,
melalui baik perkataan atau tanda-tanda (seperti melihat jam,
memandanglangit, menunjukkan kegelisahan); 3) menunujkan tanda-tanda
kejengkelan atau kebosanan terhadap bahan pembicaraan dan 4) mendengar
dengan tidak aktif.
Ketidak tepatan penggunaan bahasa.
Salah satu kesalahan terbesar yang dibuat dalam komunikasi adalah
anggapan bahwa pengertian terletak dalam “kata-kata” yang digunakan.
Sebagai contoh, perintah manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin”
bisa berarti satu jam, satu hari atau satu minggu. Disamping itu,
bahasa-bahasa “non verbal” yang tidak konsiten, seperti nada suara,
ekspresi wajah, dan sebagainya dapat menghambat komunikasi.
E. Peningkatan Efektivitas Komunikasi
Berbagai
penyebab timbulnya masalah-masalah komunikasi dan betapa sulitnya
mencapai komunikasi efektif telah dibahas diatas. Sekarang akan
dibicarakan berbagai cara dengan mana para manajer dapat meningkatkan
efektivitas komunikasi. Teknik-teknik ini pada dasarnya adalah cara-cara
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang disajikan sebelumnya.
1. Kesadaran Akan Kebutuhan Komunikasi Efektif
Karena
berbagai hambatan organisasional dan antar pribadi, komunikasi efektif
tidak dapat dibiarkan terjadi begitu saja. Manajer harus memainkan
peranan penting dalam proses komunikasi, dimana hanya dengan cara itu
kemudian dapat diambil langkah-langkah untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi.
Pentingnya
komunikasi menyebabkan banyak perusahaan besar menggunakan para “ahli
komunikasi”. Para spesialis komunikasi ini membantu perbaikan komunikasi
dengan bantuannya kepada para penyelia memecahkan masalah-masalah
komunikasi internal; penentuan strategi komunikasi perusahaan sehubungan
dengan “layoffs”, penutupan pabrik atau relokasi, dan terminasi; serta
pengukuran kualitas kegiatan-kegiatan komunikasi, melalui interview
(wawancara) atau survey.
2. Penggunaan Umpan-Balik
Peralatan
penting pengembangan komunikasi lainnya adalah penggunaan umpan balik
berita-beria yang dikirim. Komunikasi dua arah ini memungkinkan proses
komunikasi berjalan lebih efektif. Para manajer dapat melakukan paling
sedikit dua hal untuk mendorong umpan balik dan menggunakannya secara
efektif. Manajer dapat menciptakan lingkungan yang mendorong umpan
balik, dan mendapatkan umpan balik melalui kegiatan mereka sendiri
Cara
manajer berkomunikasi dengan para bawahannya dapat menentukan jumlah
umpan balik yang akan mereka terima. Disamping itu, tipe komunikasi yang
digunakan dan lingkungan komunikasi penting dalam penentuan umpan balik
macam apa yang akan di dapatkannya. Dalam hal ini manajer perlu
memainkan peranan aktif dalam pengadaan umpan balik tersebut. Sebagai
contoh, setelah memberikan penugasan tugas suatu pekerjaan manajer dapat
bertanya, “apa saudari mengerti?” atau “apakah saudara mempunyai
pertanyaan” atau “apakah ada yang belum saya jelaskan?” tetapi
pertanyaan-pertanyaan itu tidak mendorong timbulnya jawaban, sehingga
pendekatan yang lebih langsung dapat dilakukan dengan mengatakan :
“pekerjaan ini adalah penting, sebab itu pahami benar setiap langkah,
laporkan kepada saya apa yang akan saudara lakukan”.
Dilain
pihak, para manajer perlu secara aktif mencari umpan balik. Manajemen
partisipatif dan komunikasi tatap muka merupakan cara-cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas kominukasi melalui penggunaan
umpan balik.
F. Menjadi Komunikator Yang Lebih Efektif
Teknik-teknik
yang jelek mengganggu banyak manajer, seperti halnya mengganggu
hubungan mereka dengan para bawahannya diluar pekerjaannya. Oleh karena
itu latihan-latihan dalam penulisan dan penyampaian berita secara lisan
perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman akan simbol-simbol,
penggunaan bahasa, mengutarakan yang tepat, dan kepekaan terhadap latar
belakang penerima berita.
Salah
satu peralatan yang digunakan secara efektif oleh para psikolog, dan
orang-orang yang profesinya memerlukan pemahaman yang mendalam tentang
klien mereka, yaituactive listening (aktif mendengarkan), dapat
dipergunakan untuk mengembangkan dimensi baru keterampilan manajemen
para manajer. Prinsip dasar peralatan ini adalah penggunaanreflective statements
(pernyataan baik) oleh pendengar. Bagaimanapun posisi kunci para
manajer dalam proses komunikasi, membuat kebutuhan mendesak bagi
pengembangan diri untuk menjadi komunikator yang lebih efektif.
G. Pedoman Komunikasi Yang Baik
Amerika
Management Asosiations (AMA) telah menyusun sejumlah prinsip-prinsip
komunikasi yang disebut “the Ten Commandments of Good Communication”
(sepuluh pedoman komunikasi yang baik). Pedoman-pedoman ini disusun
untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi, secara ringkas
adalah sebagai berikut:
1. Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan.
2. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
3. Pertimbangkan keadaan fisik dan manusia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan.
4. Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bilaperlu, dalam perencanaan komunikasi.
5. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama berkomunikasi.
6. Ambil kesempatan, bila timbul, untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu atau umpan balik.
7. Ikuti lebih lanjut komunikasi yang dilakukan.
8. Perhatikan konsistensi komunikasi.
9. Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10. Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.
Prinsip-prinsip ini memberikan kepada para manajer pedoman untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2011
http://id.wikipedia.com/komunikasi-organisasi
Komentar
Posting Komentar